Saturday 25 September 2010

Sekelumit cerita dari Jawa Tengah

Sugeng rawuh! Piye kabare?. It was a greeting in Javanese. Saying "welcome" and asking "how are you?". Beberapa hari yang lalu saya dan keluarga pulang kampung ke Jawa Tengah. Mudik! yup, that's exact word. Sebenarnya saya tidak begitu yakin, apakah benar saya orang Jawa? atau saya sebenarnya orang Padang? ( well, my Dad is a Javanese and my Mom was from Sumatra ). The thing is, saya dibesarkan di Jakarta, hmm...okay sebenarnya di Bekasi-Jawa Barat. But hey, I'm allowed to call my self a Jakarta person!.

Well anyways, kami sekeluarga pulang kampung dan tentu saja selain silaturahmi dengan keluarga disana, kami juga wisata kuliner ( A MUST! ). Mulai dari jenang (bubur) khas Boyolali yang komplit + telor hanya dengan uang Rp. 1.000,- , nasi liwet yang tiada dua-nya, lesehan di malam hari dekat dengan ladang jagung untuk makan sego kucing ( for those who know, these aren't real kucing/cat ), menjelajah bakso-bakso nikmat, menghirup wanginya teh tubruk yang sangat manis khas Jawa Tengah, menikmati hidangan modern murah meriah di Kusuma Sari, hingga sate kambing yang sudah buka pagi2 buta untuk melayani rasa lapar para orang Jakarta yg mudik sampai ke oleh-oleh kue untuk handai taulan di kota asal.

Ucapan yang diucapkan kepada orang-orang yang berarti Selamat Idul Fitri adalah "Sugeng Riyadi". Setelah itu, mereka yang lebih muda akan duduk sangat dekat dengan orang tua. Muka mereka saling merapat dan berbisik-bisik dalam bahasa Jawa yang saya sendiri tidak mengerti! Well, saya mengerti sih beberapa kata atau kalimat, tapi untuk mengatakannya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang sama, hmmm...I'll have to pass on that. But then again, itu adalah salah satu tantangan yang patut utk dipelajari dan who knows? mungkin suatu saat nanti saya bisa berkomunikasi lancar menggunakan bahasa daerah.

Kalau boleh sedikit mengutip kata-kata mereka, akan ada kalimat seperti "memohon maaf, lalu meminta do'a agar sukses, lalu orang2 tua-nya akan minta dido'a kan juga agar sehat dan panjang umur, kadang-kadang ada do'a selipan seperti murah jodoh, cepat menikah, cepat punya anak dan lain sebagainya. Dan itu semua dalam bahasa Jawa!

Oh ok, saya belum memberi tahu bahwa kampung halaman (ayah) saya adalah di Desa Ketaon - Banyudono, Boyolali. Hampir mendekati Solo. Dan masih banyak sawah serta ladang jagung, serta jangan lupa andong yang siap sedia mengantar kemana saja. Kendaraan yang melewati wialayah tersebut tentu saja "kaliber berat", seperti bis AKAP, bis malam, mobil2 colt, mobil pribadi, truk sembako dan pasti diwarnai oleh kenekatan para penduduk lokal yang mengendarai motor andalan mereka...ngebut pula!

Saya rasa masih banyak yang bisa saya explore disana apabila saat itu kami tidak membawa balita dan bayi, don't get me wrong, I love my niece and nephew, tapi kami ga mungkin ngubek2 Pasar Klewer dengan membawa anak2 sekecil itu. Biasanya, kalau kami pulang bertepatan dengan hari Raya, kami masih dapat menikmati acara Sekatenan. Yaitu acara tahunan, bisa juga disebut sebagai pesta rakyat. Yang lebih nikmat lagi, Sekatenan di Solo diadakan di wilayah Kraton Solo. Yang memberikan akses untuk masuk ke kawasan Kraton. Bagi penikmat wisata dan fotografi, hal itu pasti menjadi sebuah 'harta karun' yang tidak terkira.

Tapi yang membuat saya bingung (dan baru saya sadari ketika berada di jalan menuju Jakarta), adalah saya tidak menggunakan moment kemarin untuk benar2 menulis blog saya. Memang sih, saya sangat terpukau dengan kampung halaman saya tersebut hingga benar-benar melupakan apa yang seharusnya saya tuangkan ke dalam tulisan. Dan saya benar-benar tidak habis pikir dengan itu semua!

But, this is my promise, I will be going back there to experience the real adventure!. Either doing it with family or with friends. Backpacking is never a problem to me!
It would be just great to be able explore more and taking a lot of great pics, and write them on my blogs too!.

Awesomeness!

No comments: