Terjadi pada hari Rabu, 30 September 2009. Kini aku mencoba untuk menuliskan kata demi kata, entah apakah hal ini cukup. Cukup untuk setidaknya mengangkat rasa sedih, duka, haru serta rasa kehilangan. Tidak hanya dirasakan mereka yang merasakannya langsung, tapi begitu pun dengan duka kami sebagai saudara sebangsa dan se-tanah air. Begitu pula dengan aku, yang memiliki darah setengah Padang. Aq rasa tidak sepenuhnya akan terangkat, dan sebuah luka belum tentu sepenuhnya akan sembuh.
Saat itu di Jakarta tidak ada yang terlalu spesial, yah selain akan dilantiknya para wakil rakyat, hebohnya pemberitaan tentang isi laptop Noordin M Top cs, dan tentu saja: mati listrik berkepanjangan yang melanda sebagian besar wilayah di Jakarta akibat gardu listrik di Cawang - Jakarta Timur yang terbakar (dan membuat PLN sukses sibuk karena ditelponin jutaan manusia. But Hey, that's life!. Kantor gw juga salah satu yang terkena imbasnya, listrik pertama kali padam hari Selasa, 29 Oktober 2009, hmmmm..sekitar jam setengah 2 siang lah. Disaat kami semua lagi semangat2nya kerja dan lagi serius2nya berkarya (halah!). And then, for the rest of the day sama sekali tidak ada listrik.
The next day, yaitu tanggal 30 September 2009, gw sampe di kantor jam 7 pagi lewat (which is miracle karena anak sekolah masih libur n jalanan lancaaaarrrr!!!). Gw sampe di kantor dan menemukan kantor sudah terang benderang, selain karena itu memang pagi hari, ya karena listrik ud nyala. Sesuai yang dapat diprediksi, kita kerja dong pagi itu, tapi hanya sampe pukul 08.22. Ketika tiba2 BLAP! Listrik padam dengan suksesnya!
Yang pasti hari itu kami sama sekali tidak dapat mengetahui keadaan diluar, sama sekali tidak bisa menerima berita melalui internet atau TV. Browsing lewat Blackberry pun ga kepikiran karena battery nya ud ngos-ngosan. Alhasil, setelah pulang kerja, sekitar jam 18.30 gw bareng cowok gw n iseng ngecek Facebook lewat Blackberry.
Pas udah tau bahwa terjadi gempa di Sumatra Barat, sempat kepikiran tentang keluarga yang ada disana (Ma’tuo, Pa’tuo dan anak-anaknya, serta keluarga Tante gw). Tapi sama sekali ga kepikiran kalo gempanya sebesar itu dan merusak segalanya. Keesokannya gw baru dapat cerita selengkapnya, tentang bangunan yang runtuh, tentang banyaknya orang yang tertimbun dan tentang sodara gw yang belum ada kabarnya.
Up till this day, gw Cuma bisa berdoa dan berharap kalo dia baik-baik saja dan semoga cepat ada kabarnya. Begitupun mereka yang menjadi korbannya, semoga diberikan kesabaran dan ketabahan, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungannya bagi semuanya. Amin.
No comments:
Post a Comment