Thursday, 9 February 2012

Under a fine breezin' tree

Dear anyone out there....

The scratches in life was definitely the ones the leave the marks the most, they're not bad scratches or anything, they just painful. And pain isn't always bad, right?!.

Rasa sakit terkadang baik untuk kita. Agar kita terus merasa 'hidup', merasa berarti dan merasa bahwa harus berjuang kembali. Rasa sakit mampu membuka mata seseorang atau bahkan memporak- porandakan hatinya, agar ia mampu kembali bangkit dan menjadi tegar. Terkadang memang rasa sakit itu memaksa seseorang untuk menyerah, atau melakukan sesuatu yang di luar jangkauan pikiran orang. But I think, manusia memiliki segalanya untuk menentukan apa yang mau mereka lakukan atau tidak. Manusia memiliki kemampuan melakukan sesuatu yang baik dan pintar dan berguna bagi hidupnya dan hidup orang lain.

Something happened to me in the early 2011, April to be exact. Well, buat seseorang yang baru merasakannya sekali, tentu menjadi sesuatu yang..umm...mengagetkan!!. Kalau orang awam menyebutnya "Seperti ketiban tangga", "Mimpi apa gw semalem? Kenapa sial bener?!". "What is wrong with me?". "Why is this happening to me?!" Dan masih banyak lainnya.
Rasa sakit yang timbul dari kejadian itu, mengenang segala cinta dan komitmen yang telah dibangun, rasanya ingin marah dan marah.
Mengingat perjalanan panjang dan berkerikil yang sudah ditempuh, melalui segala macam cobaan, bahagia dan sedih bersama-sama, cuma menyisakan kepedihan dan rasa benci.
Tapi benci itu bukan kepadanya, bukan juga kepada Nya (yang dengan kasih sayang sudah menjaga hamba-hamba-Nya dari rasa sedih), tapi rasa benci kepada diri sendiri...dan membenci segala sesuatu yang mengingatkan ku akan kebodohanku.

Mungkin itu adalah salah satu moment dimana aku benar-benar diuji. Baik kesabaran, iman-ku, tawakal-ku, diuji Islam-ku. Diuji kewarasanku dan kekuatanku. Sebagai seorang Muslim, adalah wajar ketika ditimpa masalah mengatakan "Innalilahi wa inna Illahi roji'un". Dengan kata lain, menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, karena kami percaya bahwa kebahagiaan, kesedihan, semuanya Allah-lah yang memberikan.

I had two choices at that time, plenty of choices bahkan. Aku bisa saja teriak, marah, mengutuk semua orang, mengutuk dia, mengutuk diriku, mengutuk DIA. Aku bisa saja meringkuk seharian di kamar kosong, dengan keadaan gelap gulita. Aku bisa saja mencari kesenangan semu dan sesaat, mencari di sudut kehidupan malam sehingga sesuatu menarikku lebih dalam lagi dalam kegilaan dunia. Aku bisa saja merangkak perlahan menuju kerusakan dan kehancuran diriku sendiri.
Atau.....
Aku bisa saja berdiri tegak dan memutuskan kelanjutan dari kehidupanku.

Lalu aku kembali berlaih kepada-NYA. Kembali mencari sinar terang diantara cinta-NYA dan ayat-ayat-NYA. Aku mendapatkan support dari keluarga dan teman-teman dekatku. Aku meminta pertolongan mereka dan mereka dengan senang hati ada disana untukku.

Aku memutuskan untuk bahagia. Menyusuri kembali kehidupan indahku. Menguatkan hati untuk mencari keberanian untuk menatap dunia dengan rasa optimis. Melalui ribuan cerita tanpa henti, senyuman yang menguatkan, bahkan melalui airmata yang tiada terbendung. Melalui gelak tawa yang kadang menghilang. Sesekali lamunanku melayang kepadanya, kepada dia yang menemaniku melalui kekonyolan sikapnya dan kekuatan jiwanya. Menunggu....hingga saat kami akan dipertemukan. Untuk selamanya.

Dear my friends,
Dimanapun kalian berada...sesulit apapun masalahmu, sesengit apapun perjuanganmu. Sepahit apapun rasanya untuk kembali menghadang airmata, selalu percaya bahwa pelangi ada di ujung perjalanan kita. Hidup ini layak diperjuangkan, cinta dan kebahagiaan layak untuk diperjuangkan.
Kenangan indah layak untuk dipertahankan.
Kita layak untuk dipertahakankan :).

I Love You.

No comments: