Tuesday, 8 November 2011

Drops by Drops


Dulu, saat aku masih kecil, aku jarang berpikir keras mengenai kejadian yang terjadi di sekelilingku. Seperti hal-nya anak kecil seumuranku, yang kutahu adalah bermain dan berbahagia. Aku tertawa, aku tersenyum, aku menjadi yang aku inginkan. Memang kadang aku menangis, tangisan yang seolah merobek rasa sepi. Yang menghadirkan warna tersendiri bagi sekelilingku.
Dulu, saat aku masih kecil, dunia adalah temanku. Aku berbicara kepada pohon, bercanda dengan hujan, bermanja kepada sepoi angin, menyapa siapapun yang kutemui.
Mengapa kini tidak bisa seperti dulu lagi?

Waktu,
Saat waktu berlalu, aku pun tiada kuasa menghentikannya. Aku merasa setiap detaknya dan setiap detiknya menyuruhku berlari lebih cepat lagi. Memaksaku untuk tidak berhenti, tidak perlu menengok ke belakang lagi.
Waktu telah merubahku.

Atau, apakah waktu yang harus aku salahkan? Disaat semuanya berubah bagiku, disaat semuanya berubah bagimu. Perasaanku, perasaanmu, cara kita memandang dunia, cara kita dipandang oleh dunia, semuanya tidak seperti yang sebelumnya. Semuanya mungkin hanya perasaan kita saja.

Aku mengenalnya sejak lama, sebenarnya....bukan mengenalnya, tapi aku diberi tahu bahwa hal itu ada. Bahwa hal itu sangat berharga, bahwa hal itu sangat berkuasa.
Namanya .....cinta.

Awalnya bagiku ia hanya berupa sentuhan lembut, dari seorang Ibu, dari seorang Ayah, dari seorang saudara. Lalu sentuhan itu berganti wujud, kadang berupa belaian rambut, ciuman yang mendarat di pipi, pelukan yang menghangatkan tubuh, gandengan tangan yang tidak terlepaskan...bahkan bentuknya terkadang menjadi jeweran di kedua telinga atau teguran keras di pagi atau malam hari. Dia tetap disebut cinta.

Rasanya, seperti memiliki bintang-bintang dirumah dan tiada yang mengetahuinya. Rasanya, seperti memiliki sepasang sayap hingga bisa membawaku terbang tinggi.
Rasanya, seperti bermain di taman ria tanpa mengenal lelah.
Rasanya, seperti memakan coklat terlezat yang pernah ada.
Namanya cinta.

Kemudian yang kutahu, separuh dari nafasku hilang. Tiada yang sengaja mengambilnya, hanya saja memang begitu yang seharusnya. Tiada yang bisa mencegahnya, karena memang sudah dituliskan dalam suratan.

Rasanya, seperti hilang gairah hidup dan tidak ada yang peduli.
Rasanya, seperti kehilangan sahabat terbaikmu.
Rasanya, seperti siap menghancurkan bumi dengan amarah dan rasa sedih.
Rasanya, seperti tidak mau mencintai lagi.

Sejuta insan mendatangiku
Menawarkan persahabatan, mengembalikan rasa percaya akan mereka
Sejuta warna menjadi sesuatu yang baru, yang asing bagiku
Hari demi hari berlalu, aku menjadi orang yang baru
Masih menjadi diriku...hanya saja aku lebih berilmu.

Aku belajar untuk tidak takut kepada apapun, kecuali mungkin kepada Orangtua dan Tuhanku.
Aku belajar untuk berani menuntut lebih kepada diriku sendiri.

Drops by drops, setetes demi setetes aku mengenal yang ingin ku kenal
Aku mengenang yang ingin kukenang
Aku mencintai yang ingin kucintai.
Seperti kamu, ya aku mencintai kamu.

Drops by drops, aku memelukmu dalam setiap denyut nadiku
Dalam setiap detik yang berlalu...aku mencintaimu.

No comments: